Bandrong, Sejarah dan Budaya Banten

 Bandrong, Sejarah dan Budaya Banten
BANTEN - Arus globalisasi dapat menyeret identitas budaya yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Globalisasi dengan seluruh perangkat penyebarannya, harus dihadang dengan kekokohan jati diri bangsa dengan nilai-nilai budaya. Peningkatan jati diri diawali dari unsur-unsur budaya yang bisa menjadi pemantik restorasi budaya. Salah satunya adalah pencak silat, warisan budaya bangsa yang merupakan bagian penting sejarah bangsa. Hal tersebut nampaknya yang ingin disampaikan kegiatan Gebyar Bandrong dan Kuliner Masyarkat yang diselenggarakan sehari penuh di Lapangan Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, Sabtu (28/3/2015).

Dalam acara yang dibuka Staf Ahli Bupati Serang Bidang Pembangunan, Hedi Tahap, hadir pula Ketua DPP Bandrong, Syafrudin.Dalam sambutannya mewakili Bupati Serang, Hedi meminta semua pihak untuk terlibat dalam pelestarian budaya Banten. Selain itu, dia mengimbau organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan perguruan tinggi untuk terlibat dalam mempromosikan budaya Banten khususnya bandrong sebagai salah satu budaya dan identitas masyarakat Banten.

"Kami yakin bandrong bisa menjadi budaya unggulan yang dapat menarik pariwisata baik lokal maupun mancanegara. Pemerintah akan mendukung semua kegiatan kebudayaan yang dimiliki Pemerintah kabupaten Serang,"ujarnya.

Sementara itu, dalam penutupan acara pukul 20.00 yang dihadiri Ketua Asosiasi Pencaksilat Tradisional Banten-Indonesia (APTBI) Provinsi Banten, A'eng Haerudin, diputar tayangan tentang sejarah bandrong. Dalam tayangan layar besar yang dihadiri ribuan masyarakat itu, diceritakan bahwa pencak silat bandrong merupakan bagian penting dari sejarah dan budaya Banten. Pencak silat ini sudah dikenal oleh masyarakat, pada saat Sultan Maulana Hasanudin memerintah di Kesultanan Banten.

Asal muasalnya, konon dari seorang pendekar pada jaman Sultan Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan di Banten (1552-1570), yaitu Ki Sarap. Singkat kata, setalah Ki Sarap mengalahkan seorang senopati Banten yaitu Ki Semar; dengan berbagai kondisi dan pertimbangan, akhirnya Sultan mengangkat Ki Sarap sebagai senopati dengan Gelar Senopati Nurbaya (Ki Urbaya). Dari ilmu Ki Sarap lah bandrong bermula. Dalam pelaksanaan tugas sebagai Senopati, Ki Sarap banyak berhadapan dengan para perompak yang beroperasi di sekitar teluk/laut Banten. Karena banyak tugasnya menjaga laut Ki Sarap juga dijuluki : Ki Patih Jaga Laut. 

Disinilah ilmunya semakin berkembang dan akhirnya diwariskan secara turun termurun di Banten, hingga saat ini.Bandrong diambil dari nama jenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ikan ini sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya.

Ki Patih Jaga laut atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering memperhatikan ikan tangkas gesit ini. Bukan hanya itu, ikan tersebut memiliki jangkauan lompatan jarak yang jauh hingga benar–benar mempesonanya. Dari situ lah ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya diberi nama ”Pencak Silat Bandrong”.
Bandrong, Sejarah dan Budaya Banten Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lucky Bachtiar

No comments:

Post a Comment