Tahun 2006 saya menemukan sebuah link sosial media yang nampak tidak istimewa. Kalah mentereng jika dibandingkan Friendster yang sesama produk luar negeri, atau bahkan kalah populer oleh astaga.com sekalipun yang produk dalam negeri. Link sosmed yang saya maksud adalah Facebook. Ya, tahun 2006 itu Facebook sama-sekali belum populer di Indonesia. Bahkan untuk mencobanyapun orang ogah-ogahan.
Setelah membuat akun tersebut saya melupakannya karena hanya beberapa orang saja yang mau diajak berteman, itupun orang luar negeri semua. Waktu berlalu dan tiba diawal 2009, tiba-tiba saja saya mendapat banjir undangan via email, undangan untuk bergabung di Facebook. Saking banyaknya sehingga saya terprovokasi kemudian mengunjunginya. Dan saat saya mendaftar, ada notifikasi bahwa email saya telah terdaftar. Terus ditelusuri hingga akhirnya akun Facebook lama itu ketemu. Tapi sayangnya sudah tidak bisa diakses. Rupanya saat itu Facebook masih memiliki bug yang sangat berpengaruh terhadap akun yang lama tidak dibuka. Ya sudah, akhirnya saya membuat akun baru. Dan jadilah saya bersama-sama ratusan juta orang pengguna Facebook.
Siapa sangka, bahkan dari sisi penggagasnya sekalipun, bahwa Facebook akan setenar sekarang. Dalam ranking Alexa hanya Google yang mampu mengalahkan Facebook. Google ranking pertama dan Facebook kedua. Dan seperti biasa bila ada yang sukses maka akan ada yang berusaha mengikuti, maka menjamurlah sosmed-sosmed lain yang berkompetisi dalam kaidah hukum alam. jauh lebih banyak yang gagal dibanding yang berhasil mengikuti jejak Facebook.
Siapa sangka, bahkan dari sisi penggagasnya sekalipun, bahwa Facebook akan setenar sekarang. Dalam ranking Alexa hanya Google yang mampu mengalahkan Facebook. Google ranking pertama dan Facebook kedua. Dan seperti biasa bila ada yang sukses maka akan ada yang berusaha mengikuti, maka menjamurlah sosmed-sosmed lain yang berkompetisi dalam kaidah hukum alam. jauh lebih banyak yang gagal dibanding yang berhasil mengikuti jejak Facebook.
Dinamika itu berlanjut, sebuah jejaring sosial baru bernama Tsu, akan memberi upah kepada penggunanya, atas konten yang dibuat di jejaring tersebut. Jejaring yang dibuat oleh wirausahawan teknologi yang berasal dari New York berdiri pada 2013, tapi situsnya baru diluncurkan pada 14 Oktober lalu.
Para pendirinya adalah Sebastian Sobczak, Drew Ginsburg, Thibault Boullenger, dan Jonathan Lewin. Yang membedakan Tsu dengan Facebook atau pendatang baru lainnya, Ello, adalah penghargaan kepada penggunanya berupa uang. Situs ini menampilkan iklan, dan menjanjikan membayar pengguna atas kontribusinya di jejaring tersebut.
Dilansir ZDnet, prinsip kerja situs ini sederhana. Semakin menarik konten yang dibuat pengguna dan tersebar luas, semakin banyak upah yang bisa diterima/ semakin banyak uang yang dihasilkan. Tsu hanya akan menyimpan 10% penghasilannya dari iklan, dan membagikan 90% sisanya untuk penggunanya. Sekilas, konsep ini mirip MLM (Multi level marketing).
“Jika Anda bandingkan dengan jejaring sosial yang sudah ada saat ini, mereka mirip dengan stasiun radio yang memutarkan lagu setiap orang tanpa memberi mereka royalti,” kata Sobczak, salah satu pendirinya dikutip re/code. “Sangat tidak biasa saat para pengguna telah membuat konten gratis yang bernilai bagi mereka, dan bisa 100% menghasilkan uang,” lanjutnya.
Untuk bergabung ke jejaring ini, hanya bisa melalui undangan. Tapi jangan khawatir, pengguna yang berhasil mengundang banyak pengguna lainnya, juga akan kebagian upah. Atau, Anda bisa bergabung lewat alamat akun seorang pengguna, misalnya melalui alamat saya ini --> Akun Tsu Saya.
Silahkan mencoba, itu gratis dan anda berpeluang mendapat royalti.
Silahkan mencoba, itu gratis dan anda berpeluang mendapat royalti.

No comments:
Post a Comment